Minggu, 25 November 2018

::: Luka Psikologis 3_Rasa Kehilangan & Trauma :::

Hasil gambar untuk rasa kehilangan

Rasa kehilangan dan trauma menyebabkan tiga luka psikologis, pertama dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dalam kehidupan hingga mengancam persepsi diri, peran serta identitas. Kedua, dapat membuat kita meragukan asumsi yang paling mendasar tentang dunia dan tempat kita di dalamnya. Ketiga, membuat kita kesulitan untuk tetap terhubung dengan orang-orang dan kegiatan yang dulu kita anggap berarti.

Anda akan cenderung mengalami tekanan emosional di tahap awal karena secara tidak langsung Anda dipaksa menjalani serangkaian hal 'pertama' yang menyentak. Setiap hal 'pertama' tersebut membangkitkan kenangan, kerinduan yang menyiksa serta hasrat mendalam terhadap yang Anda rindukan, sehingga Anda akan mengalami kesulitan untuk memperhatikan orang lain atau apapun. Dalam hal ini, Anda dapat kehilangan kemampuan untuk berpikir jernih, bahkan dalam melakukan fungsi mendasar seperti mengurus diri sendiri.

Kehilangan dan trauma seringkali memaksakan hadirnya suatu realita baru ke dalam hidup kita yang tergantung pada tingkat keparahan peristiwa yang kita alami, bisa meredefinisi sepenuhnya identitas kita, juga narasi dari kisah kehidupan kita. Oleh karena itu, Anda perlu meluangkan waktu untuk menemukan kembali siapa Anda, untuk mencari hal-hal di dalam diri Anda yang Anda anggap  berarti dan untuk menemukan cara-cara baru guna mengungkapkan aspek-aspek di dalam diri Anda yang terbengkalai, yang terkubur di bawah timbunan kesedihan.

Kehilangan dan trauma dapat meragukan asumsi dasar Anda tentang dunia dan cara kerjanya yang justru memberi tambahan tekanan emosional yang signifikan. Ketika Anda berusaha memahami apa yang terjadi, Anda akan cenderung sulit untuk menggabungkan antara realita baru yang Anda hadapi dengan keyakinan yang tidak lagi memberikan rasa aman. Namun apabila Anda dapat dengan cepat  membangun kembali pandangan dengan cara menggabungkan pengalaman  kehilangan atau trauma, semakin cepat intensitas Anda untuk menghilangkan  'perenungan - perenungan' Anda terhadap trauma tersebut sehingga Anda akan cenderung semakin baik dalam penyesuaian psikologis dan sedikit memperlihatkan kesehatan emosional yang buruk serta gejala gangguan stres pasca-trauma. 

Cara menangani luka psikologis yang disebabkan oleh rasa kehilangan dan trauma

Penulis menyebutkan bahwa sedikitnya ada 3 penanganan yang dapat Anda lakukan,

1. Penanganan A (Menenangkan sakit emosional dengan cara sendiri)
Anda dapat menggunakan teknik  Critical Incident Stress Debriefing (CISD). Teknik ini mengharuskan Anda untuk membicarakan peristiwa traumatik tersebut secara terperinci  sesegera mungkin setelah peritiwa tersebut terjadi, dengan asumsi  bahwa dengan mengungkapkan apa yang terjadi dan apa yang mereka rasakan  terkait peristiwa tersebut, hal itu akan meminimalisir timbulnya gangguan stres pasca-traumatik. Langkah lainnya adalah dengan melakukan  persis seperti yang diperintahkan perasaan kita. Intinya adalah Anda perlu menenangkan sakit emosional yang Anda rasakan  dengan cara Anda sendiri. 

2. Penanganan B (Memulihkan aspek yang hilang dari diri)
Anda dapat menulis sifat, karakteristik dan kemampuan yang Anda hargai dalam diri Anda sendiri atau orang lain sebelum peristiwa traumatik tsb terjadi. Kemudian, Anda dapat mengenali mana dari kemampuan tersebut yang 'hilang' atau tidak sering diungkapkan pada saat ini dibandingkan sebelumnya. Anda juga perlu menuliskan mengapa Anda tidak lagi menampilkan kemampuan tersebut untuk nantinya Anda dapat menampilkannya lagi dengan cara yang lebih  substansial. Selanjutnya Anda dapat mengurutkan kemampuan tersebut menjadi mana yang bisa dilakukan  atau secara emosional dapat diatur. Tentukan sasaran bagi diri Anda untuk melaksanakan 'daftar' kemampuan tersebut, secara perlahan Anda akan mulai terhubung kembali dengan aspek-aspek yang hilang dari diri Anda. 

3. Penanganan C (Menemukan makna  didalam peristiwa kehilangan/traumatik)
Ada 2 tahap dalam hal ini, pertama  fase sense making yang mengacu pada kemampuan Anda untuk memasukkan peristiwa tersebut ke dalam asumsi dan keyakinan terhadap dunia sehingga Anda dapat lebih memahaminya. Fase kedua, benefit finding yakni kemampuan untuk mengurai benang dari pengalaman Anda, sehingga Anda semakin menghargai kemampuan dan menyesuaikan prioritas  kembali unutk mengetahui tujuan selanjutnya. 

Terkait dengan cara menemukan makna dalam tragedi, ada 2 cara yang dapat Anda terapkan, pertama  dengan memahami peristiwa tragis dengan bertanya ''mengapa'', bukan ''bagaimana''. Hal itu dapat memicu proses berpikir yang secara kualitas berbeda dan jauh lebih produktif. Cara kedua adalah dengan bertanya apa yang mungkin terjadi. Seringkali Anda menggunakan pikiran kontrafaktual untuk mempelajari bagaimana seharusnya Anda menghindar  dari kehilangan atau trauma tsb, namun Anda juga dapat mengarahkan pikiran pada bagaimana suatu peristiwa dapat lebih parah terjadi. 

Indikasi perlu berkonsultasi dengan ahli kesehatan jiwa

Penulis menyarankan  berkonsultasi dengan ahli kesehatan jiwa apabila setelah Anda menerapkan cara yang sebelumnya disebutkan namun tidak ada efeknya atau jika Anda mengalami ingatan yang membawa Anda kembali pada peristiwa tersebut, kegelisahan, kegugupan dan kekebasan emosi.


Hasil gambar untuk trauma



Sumber: Winch, Guy (2017)

Sumber gambar:
https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiP3tyww-_eAhUJvY8KHcs5B2kQjRx6BAgBEAU&url=https%3A%2F%2Fputriwindu.wordpress.com%2F2011%2F09%2F25%2Frasa-kehilangan-seseorang%2F&psig=AOvVaw08_k06J_ZJ4OILmNWZo8Ds&ust=1543234688699328

https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjdjpeJxO_eAhVZiXAKHXucBJEQjRx6BAgBEAU&url=https%3A%2F%2Felectricliterature.com%2Fhow-writing-fiction-helps-me-give-shape-to-the-chaos-of-trauma-1def5d0d852b&psig=AOvVaw0Q7Q-eBv6oO1BHdFpxLWHW&ust=1543234855385325

Sabtu, 15 September 2018

::: Luka Psikologis 2_Kesepian :::

Hasil gambar untuk kesepian

Kesepian ditentukan bukan berdasarkan kuantitas hubungan Anda namun kualitasnya, sampai seberapa jauh Anda menganggap diri Anda terasing, baik secara sosial maupun emosional. Luka emosional yang disebabkan oleh rasa kesepian (khususnya kesepian kronis) juga bisa dikaitkan dengan depresi klinis, pikiran dan perilaku bunuh diri, permusuhan, dan gangguan tidur. Faktor lain pentingnya luka psikologis tersebut perlu ditangani adalah karena sifatnya yang 'menular'. Semakin dekat orang yang tidak kesepian dengan orang yang kesepian, semakin kuat pengaruh penularan dan akan semakin kesepian pula mereka akhirnya. Individu yang kesepian, cenderung terus menerus mendesak ke batas luar jaringan sosial mereka hingga berada di posisi yang semakin terisolasi. Ironisnya, sekalipun dampaknya begitu negatif, kesepian merupakan salah satu luka psikologis yang justru paling diabaikan dalam kehidupan sehari-hari. 

Penulis menyebutkan, ada 2 faktor yang menyebabkan individu cenderung sulit untuk lepas dari kesepian. Faktor pertama, kesepian akan membuat Anda bersikap sangat kritis terhadap diri sendiri serta orang-orang di sekitar Anda. Hal ini mendorong Anda untuk memiliki penilaian yang negatif terhadap hubungan yang dimiliki sekarang serta berdampak pada interaksi Anda dengan orang lain. Faktor kedua, kesepian membuat Anda memiliki perilaku yang mengalahkan diri sendiri sehingga semakin mengurangi kualitas dan koneksi sosial Anda. Akibatnya, kemampuan sosial dan komunikasi, kemampuan untuk memandang sesuatu dari sudut pandang orang lain, dan kemampuan Anda untuk berempati dan memahami bagaimana perasaan orang lain, menjadi lemah dan tidak berfungsi baik pada saat dibutuhkan. 

Salah satu cara untuk menangani kesepian adalah dengan bersikap terbuka terhadap kemungkinan bahwa perilaku Anda ikut memberi andil dalam keadaan sulit yang Anda alami, maka Anda pun dapat bersikap terbuka agar dapat menemukan cara-cara mengubah situasi tersebut. 

Dalam bukunya, penulis menjelaskan bagaimana kesepian dapat membawa luka emosional pada Anda. Kesepian membawa stigma yang memalukan dan sikap menyalahkan diri sendiri yang beroperasi di seluruh pikiran. Salah satu yang paling signifikan adalah perasaan tersebut menuntun Anda untuk menumbuhkan persepsi yang tidak tepat tentang diri Anda, juga tentang orang lain, dan untuk menanggapi dengan keras pendapat tentang hubungan dan interaksi sosial yang kita miliki. Kesepian juga cenderug akan membuat Anda menilai orang lain secara lebih kasar dan memandang interaksi Anda dengan teman-teman dan orang terkasih secara lebih negatif daripada yang akan Anda lakukan seandainya Anda tidak kesepian. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa kesepian berpengaruh terhadap persepsi Anda dalam banyak cara. Kesepian juga berpengaruh pada bagaimana orang lain memandang Anda, membuat Anda tampak tidak terlalu menarik sebagai calon teman. 

Selain berpengaruh terhadap persepsi, kesepian juga dapat membawa Anda dalam lingkaran perlindungan diri dan penghindaran yang membuat Anda menciptakan ramalan-ramalan yang dipenuhi sendiri dan yang tanpa Anda sadari menjauhkan orang-orang yang ingin Anda hubungi. Kesepian dapat menggoyahkan keseimbangan motivasi sosial kita. Ketika Anda merasa rapuh dan tidak terhubung secara sosial, Anda cenderung menjadi protektif terhadap diri sendiri serta berusaha meminimalisir setiap tanggapan atau penolakan negatif yang mungkin muncul dari orang lain. Akibatnya, Anda cenderung mendekati orang lain dengan sikap curiga, sinis, tidak percaya dan gelisah atau bahkan menghindari orang lain sama sekali. Dalam hal ini, karena Anda tidak menginginkan interaksi sosial yang baik, maka Anda pun tidak terlalu berusaha untuk melakukan interaksi dan tidak terlalu menanggapi ketika interkasi tersebut muncul. 

Ketika Anda tidak mempunyai hubungan yang berarti dan dalam dengan orang lain atau ketika Anda tidak mampu mencurahkan diri Anda ke dalam hubungan yang Anda miliki, berarti Anda tidak lagi melakukan keahlian yang dibutuhkan untuk menjaga hubungan seperti itu. Pada saat Anda gagal menggunakan 'otot-otot relasi' Anda secara teratur atau ketika Anda tidak menggunakannya dengan benar, mereka akan berhenti dan menjadi kurang berfungsi. Ketika otot-otot relasi ini lemah, Anda akan cenderung mengabaikan informasi yang sangat penting tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain sehingga usaha Anda sering kali gagal. 

Cara menangani luka psikologis yang disebabkan oleh kesepian

Penulis menyebutkan terdapat 6 penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi rasa kesepian.

1. Penanganan A (Menyingkirkan pikiran negatif)
Kesepian membuat Anda membayangkan hal-hal yang tidak baik begitu Anda berpikir untuk melibatkan diri dalam interaksi sosial. Dalam hal ini, yang perlu Anda lakukan adalah dengan sengaja membayangkan skenario keberhasilan yang wajar dan realistis. Sehingga besar kemungkinan Anda dapat mengenali ketika memang ada kesempatan seperti itu muncul dan dapat memanfaatkannya. 
Kesepian juga akan membuat Anda membayangkan yang terburuk tentang bagaimana perasaan orang lain terhadap Anda sehingga Anda ragu terhadap perasaan teman-teman Anda. Maka yang perlu dilakukan adalah mengimbangi keraguan itu dengan berbagai kenangan serta pengalaman yang telah dilewati bersama yang membuat persahabatan/hubungan itu tercipta dan bertahan selama ini. 
Anda juga perlu mengambil langkah-langkah  untuk memperbaiki keadaan, seperti misalnya mulai membuat daftar orang-orang yang Anda anggap teman dan menghubunginya, mengunnjungi situs-situs yang memuat daftar pertemuan atau kegiatan, Hal ini bermanfaat untuk memperbaiki kesalahan persepsi yang menyakitkan dan menghindari ketakutan yang dibuat sendiri. 

2. Penanganan B (Kenali perilaku yang mengalahkan diri sendiri)
Ketika Anda kesepian, Anda akan mendekati orang lain dengan sikap negatif (perilaku yang mengalahkan diri sendiri ketika berada dalam interaksi sosial) yang memaksa orang tsb juga ikut menghindari Anda. Pada akhirnya Anda membenarkan sikap negatif yang Anda tunjukkan tersebut. Namun jika perbuatan yang Anda lakukan dilandasi rasa takut, maka besar kemungkinan yang akan terjadi justru hal yang ingin Anda hindari. Yang perlu Anda lakukan adalah mengenali perlaku yang bersifat mengalahkan diri sendiri dalam berbagai situasi untuk menghindarinya di masa yang akan datang. Hal ini dapat membantu Anda dalam meningkatkan interaksi sosial. 

3. Penanganan C (Menggunakan perspektif orang lain)
Hubungan dalam bentuk apapun selalu berkaitan dengan memberi dan menerima. Agar berhasil dalam memberi, Anda harus dapat menerima pendapat orang lain yang dikenal sebagai perspective taking, membaca dengan tepat pendapat orang lain. Rasa kesepian membuat perpective taking Anda menjadi lemah sehingga lebih besar kemungkinan Anda untuk melakukan kesalahan sosial atau memberikan kesan yang tidak tepat, terlalu bersemangat atau terlalu terasing. Penulis menyebutkan ada 3 kesalahan perpective taking yang seringkali dilakukan oleh individu, yakni
a. Tidak melibatkan perspective taking pada saat yang seharusnya.
Alasan mengapa biasanya individu tidak memahami perspektif orang lain adalah karena memang tidak berusaha memahaminya. Anda perlu berusaha untuk memahami bagaimana orang lain memandang sesuatu, bereaksi atau perbedaan antara pandangan agar dapat memperhatikan pertimbangan-pertimbangan saat berinteraksi dengan orang lain. 
b. Lebih mengutamakan pendapat diri sendiri.
Anda perlu memberikan pertimbangan yang cukup menyangkut bagaimana orang lain akan menafsirkan komunikasi yang terjadi. 
c. Mempertimbangkan informasi yang salah
Seringkali individu gagal dalam mempertimbangkan informasi akurat yang dapat memberikan pemahaman tentang pandangan orang lain (ekspresi wajah) tetapi justru mempertimbangkan informasi yang tidak tepat (gosip)

4. Penanganan D (Mempererat ikatan emosional)
Empati menuntut Anda untuk masuk ke dalam keadaan yang sedang dialami orang lain agar dapat memahami pengalaman emosional mereka, kemudian menyampaikan pemahaman Anda kepada mereka secara meyakinkan. Hal ini baik untuk membentuk dan memperkuat relasi yang lemah, meningkatkan interaksi sosial dan memperbaiki hubungan. 

5. Penanganan E (Menciptakan peluang untuk menjalin hubungan sosial)
Anda perlu mendekati berbagai situasi dengan berbekal tujuan yang lebih besar dalam benak Anda. Dalam hal ini Anda bisa menggunakan internet atau bahkan menjadi relawan. 

6. Penanganan F (Mengadopsi hewan)
Terdapat beberapa kasus yang mungkin dapat menghalangi Anda dalam menciptakan ikatan sosial seperti keterbatasan mobilitas, geografis yang terisolasi dan lain-lain. Anda dapat mengadopsi hewan peliharaan untuk menghilangkan rasa sepi. 

Indikasi perlu berkonsultasi dengan ahli kesehatan jiwa

Apabila luka emosional Anda begitu parah hingga muncul pikiran-pikiran untuk melukai diri Anda atau orang lain, atau bila Anda mendapati diri Anda berpikir seperti apa rasanya jika Anda tidak ada lagi di dunia ini. 

Sumber: Winch, Guy (2017)
Sumber gambar: 
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj7sbuV2bzdAhXBNI8KHY-sBJYQjB16BAgBEAQ&url=https%3A%2F%2Faajhslivewire.com%2F30691%2Fopinion%2Fthe-key-to-my-mind%2F&psig=AOvVaw01UJ495CB3uKtr1Od-CavW&ust=1537090098731495
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjFgrOq2bzdAhVHso8KHabvDjoQjB16BAgBEAQ&url=https%3A%2F%2Fwww.learning-mind.com%2Fportfolio-items%2Fif-you-want-to-be-strong-learn-how-to-fight-alone%2F&psig=AOvVaw01UJ495CB3uKtr1Od-CavW&ust=1537090098731495

Hasil gambar untuk alone

Jumat, 14 September 2018

::: Luka Psikologis 1_Penolakan :::

Hasil gambar untuk penolakan





Penolakan merupakan salah satu luka emosional yang paling sering kita alami. Penulis menjelaskan bahwa ada 4 luka psikologis yang disebabkan oleh penolakan. Adapun tingkat keparahannya tergantung pada situasi dan kesehatan emosional kita pada saat terjadi penolakan. Luka psikologis tersebut antara lain, rasa sakit emosional, kemarahan dan serangan, rasa percaya diri yang jatuh serta perasaan terancam akan kebutuhan untuk menjadi bagian.

Rasa Sakit Emosional
Akibat dari penolakan, terasa jauh lebih menyakitkan dibanding luka-luka emosional yang lain. Hal ini didasarkan pada masa lalu emosi kita sebagai manusia. Otak manusia akan membentuk suatu sistem peringatan dini guna mengingatkan kita, dengan cara memicu rasa sakit yang tajam setiap kali kita mendapat petunjuk sekecil apa pun  akan adanya penolakan sosial.
Banyak di antara kita yang mengalami kesulitan untuk membujuk diri sendiri agar keluar dari rasa sakit yang kita rasakan pada saat mengalami penolakan karena alasan, logika, maupun akal sehat kita biasanya menjadi tidak efektif. Seharusnya penolakan tidak akan terasa begitu menyakitkan bila kita membenci orang yang menolak kita. Namun, ternyata tidak demikian, sakit yang dirasakan akibat penolakan itu tetap sama.

Kemarahan dan Serangan
Ironisnya, penolakan yang tidak berarti sekalipun dapat memicu munculnya dorongan yang sangat agresif di dalam diri kita. Kecenderungan kita untuk menanggapi penolakan dengan kemarahan juga mempunyai bentuk-bentuk pelampiasan yang jauh lebih mengerikan dan lebih serius. Hubungan antara penolakan dan serangan cukup kuat, sehingga kita perlu menyadari bahwa sakit yang disebabkan oleh penolakan dapat mendorong sebagian dari kita berperilaku dengan cara-cara yang tidak pernah terpikir akan kita lakukan.

Rasa Percaya Diri yang Jatuh
Pada umumnya kita sering menambah pengalaman penolakan dengan bersikap sangat kritis terhadap diri kita sendiri, dengan terus menghukum diri kita sendiri saat sudah jatuh. Hingga akhirnya memunculkan efek yang sangat melemahkan kesehatan jiwa kita. Semua orang cenderung menanggapi penolakan secara terlalu pribadi dan membuat kesimpulan menyangkut kekurangan kita, padahal tidak banyak bukti yang mengatakan bahwa dugaan-dugaan itu benar.


Perasaan Terancam akan kebutuhan menjadi Bagian

Kita memiliki kebutuhan mendasar untuk merasa diterima orang lain. Namun ketika kebutuhan tersebut belum terpenuhi dalam jangka waktu panjang (karena penolakan atau kurangnya kesempatan) maka efeknya sangat kuat dan mengganggu kesehatan  tubuh dan jiwa.


Cara mengobati luka psikologis yang disebabkan oleh penolakan


Penulis menyebutkan terdapat 4 penanganan yang disusun sesuai urutan penggunaannya.



1. Penanganan A (Kritik terhadap diri sendiri)

Dalam hal ini, Anda perlu mempertanyakan peran Anda dalam sebuah penolakan agar dapat meralat kesalahan yang Anda lakukan dan menghindari pengalaman serupa. Kesalahan dalam memahami "apa yang salah" ini lah yang seringkali membuat kita menanggapi penolakan secara terlalu pribadi atau kritis terhadap diri sendiri.  Oleh karena itu, jauh lebih baik melakukan kesalahan demi kebaikan terhadap diri sendiri ketika mengevaluasi peran kita dalam suatu pengalaman penolakan  daripada mengkritik diri kita sendiri atas kesalahan atau kekurangan kita. Intinya, Anda dapat membuat daftar kontraargumen untuk setiap pikiran negartif yang bersifat kritis terhadap diri sendiri tentang penolakan itu. Hal ini bermanfaat untuk mengurangi kemarahan dan dorongan agresif.


2. Penanganan B (Membangkitakan harga diri)

Caranya dengan mengingatkan diri Anda sendiri akan aspek-aspek penting dari karakter Anda yang menurut orang lain berharga dan diperlukan.


3. Penanganan C (Memulihkan perasaan akan hubungan sosial)

Anda harus mampu mengatasi rasa takut terhadap penolakan dan meminta dukungan kepada hubungan sosial. Dukungan sosial menciptakan pengingat langsung akan hubungan yang berarti bagi Anda , yang dapat membantu memulihkan perasaan menjadi bagian yang hilang. Walaupun terkadang hal tersebut tidak mudah, karena ada kemungkinan orang lain menganggap remeh rasa sakit yang ditimbulkan oleh penolakan terhadap Anda.. Dalam hal ini, Anda dapat bergabung dalam kelompok sosial atau menikmati 'kudapan sosial' semacam benda kenangan/hal lainnya yang bernutrisi bagi emosi setelah Anda mengalami penolakan sehingga dapat membangun kembali rasa percaya diri.


4. Penanganan D (Kurang peka terhadap diri sendiri)

Anda dapat memakai teknik desensitisasi untuk mengurangi dampak emosional yang disebabkan oleh penolakan, namun tidak boleh sering dilakukan dan harus dengan bijak. Teknik ini dapat menciptakan lapisan penangkal penolakan yang akan datang guna mengurangi perasaan sakit dan luka emosional yang mereka timbulkan.


Indikasi perlu berkonsultasi dengan ahli kesehatan jiwa


Jika luka emosional Anda tidak juga berkurang, rasa percaya diri masih sangat hancur, berhubungan dengan orang lain terasa terlalu beresiko, dorongan agresif tidak mampu Anda kendalikan sehingga ada kemungkinan untuk melukai diri anda sendiri atau bahkan orang lain.

Sumber: Winch, Guy (2017)
Sumber gambar:
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjoktDT2bzdAhWJK48KHZ-fCbMQjB16BAgBEAQ&url=http%3A%2F%2Fwww.komunitasexcellent.com%2Fblog_2328_73%2FArtikel%2FKewirausahaan_2328_92%2FPenolakan.html&psig=AOvVaw1ToqOJeRASKxnb5vyvjd7a&ust=1537090279931384
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj3qczm2bzdAhUEMY8KHbNaDVQQjB16BAgBEAQ&url=http%3A%2F%2Fwww.gogirl.id%2Fnews%2Flife%2F1-penolakan-means-1-kesempatan-baru-buat-dicoba-lagi-z09637.html&psig=AOvVaw1ToqOJeRASKxnb5vyvjd7a&ust=1537090279931384

Hasil gambar untuk penolakan

::: Review Buku: Pertolongan Pertama pada Emosi Anda :::

Hello :) welcome to my blog
Kali ini saya mau sharing mengenai buku yang sangat bermanfaat bagi Anda dalam mengelola emosi. Anda mungkin tahu mengenai buku ini

Hasil gambar untuk pertolongan pertama pada emosi anda


Buku ini sudah lama saya baca namun memang belum sempat saya review (baca: rangkum) karena saya sendiri perlu memahaminya terlebih dahulu. Melalui buku ini, Anda tidak hanya 'diperkenalkan' secara mendalam mengenai luka psikologis sehari-hari (yang menurut Anda mungkin sepele) namun juga bagaimana cara mengatasinya agar tidak berkelanjutan dan menggangu pertumbuhan kesehatan jiwa dan emosi Anda. Tujuan dari adanya buku ini, lebih kepada representasi dari lemari obat untuk penyakit kejiwaan namun bukan berarti dapat digunakan sebagai pengganti obat atau perawatan psikologis oleh ahli. Sehingga penulis selalu mengakhiri setiap bab nya dengan petunjuk untuk kapan pembaca harus berkonsultasi dengan ahli kesehatan jiwa berpengalaman. Bahkan dalam hal ini, penulis pun menyertai contoh-contoh kasus kliennya terkait masing-masing luka psikologis yang dialami.

Adapun penulis mengungkapkan ada 7 luka psikologis yang biasa dialami dalam kehidupan sehari-hari:
3. Kehilangan
4. Rasa Bersalah
5. Ruminasi
6. Kegagalan
7. Rasa Rendah Diri

Next, saya akan coba review masing-masing luka psikologis tersebut.
Selamat membaca :)

Sumber gambar:
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiHoOva37zdAhUBQ48KHU9fAm0QjB16BAgBEAQ&url=http%3A%2F%2Fwww.tokoalvabet.com%2Fhome%2F472-pertolongan-pertama-pada-emosi-anda.html&psig=AOvVaw1LMI2WzVfiUpOK3m1Z0f6Y&ust=1537091894832056

:::: Finish your unfinished business: How to leave it behind you :::

Sometimes a memory acts like a ball and chain and holds us back - because we relive it over and over again....      Pernah tidak merasa emos...