Dalam berinteraksi kita tentu pernah berada dalam situasi yang bertentangan dengan orang lain. Bedanya adalah apakah kita mengkomunikasikan hal yang bertentangan tersebut kepada lawan bicara atau tidak. Umumnya seringkali kita merasa "tidak pantas" atau bahkan cenderung takut ketika mengkomunikasikan keberatan kita akan suatu hal. Jika hanya hal sepele mungkin tidak masalah, namun apa jadinya jika apa yang menjadi keberatan Anda cenderung merugikan diri Anda atau bahkan orang lain? Disinilah Anda butuh strategi untuk menghadapi situasi tersebut. Anda mungkin pernah atau sering mendengar konsep tentang assertiveness, khususnya dalam gaya komunikasi. Ya, konsep assertiveness seringkali dijadikan sebagai gaya komunikasi yang efektif dalam menangani situasi tersebut. Namun, pada kenyataannya sulit untuk secara spontan mempraktekan gaya komunikasi tersebut jika tidak sering dilatih. Oleh karena itu, menurut saya lebih dari gaya komunikasi, assertiveness penting untuk dilatih sebagai bentuk perilaku sehingga dapat menjadi respon bawah sadar otomatis ketika Anda tiba-tiba berada dalam suatu konflik.
Lalu, apa yang dimaksud dengan perilaku assertive? Mengapa perilaku assertive penting untuk dikembangkan dalam diri secara personal?
Calberti & Emmons (1974) mendefinisikan perilaku assertive sebagai perilaku yang memungkinkan seseorang bertindak sebaik mungkin untuk membela dirinya sendiri tanpa kecemasan yang semestinya, untuk mengungkapkan kejujuran dengan rasa nyaman dan untuk mengambil hak diri sendiri tanpa menyangkal hak untuk orang lain.
Ketika kita membela diri kita sendiri, terkadang kita merasa khawatir apakah kita akan dipandang orang lain sebagai seorang yang egois atau tidak. Bahkan khawatir apakah orang lain akan berubah menjadi membenci kita ketika kita membela diri kita sendiri. Selain itu, kadang kejujuran itu rasanya pahit bagi sebagian orang, sehingga membuat kita terpaksa berkata tidak jujur di depan orang lain agar tidak menyinggung orang tersebut.
Assertiveness disini adalah bentuk ekspresi dari perasaan, keyakinan, pendapat dan kebutuhan yang dikomunikasikan secara langsung, jujur dan dengan cara yang tepat. Melalui perilaku assertive, itu artinya kita menghargai hak pribadi diri sendiri sama pentingnya dengan hak orang lain.
Dalam kehidupan nyata, seringkali kita sulit menerapkan perilaku assertive karena perilaku tersebut justru banyak dianggap orang lain sebagai bentuk agresi. Namun, walaupun sulit diidentifikasi apakah perilaku tersebut assertive atau agresive, penting diketahui bahwa terdapat perbedaan yang tipis antara perilaku assertive dengan perilaku agresive. Perilaku assertive didasarkan pada "keseimbangan" yang mana membutuhkan kejujuran tentang keinginan dan kebutuhan Anda sambil tetap mempertimbangkan kebutuhan, hak dan keinginan orang lain. Jadi, ketika orang berperilaku assertive, walaupun Ia tegas dan percaya diri dalam menyampaikan keinginannya, masih ada rasa adil dan empati terhadap orang lain. Sementara pada perilaku agresive didasarkan pada kemenangan dan egosentris. Anda melakukan apa yang menjadi kepentingan Anda tanpa memikirkan kepentingan dan hak orang lain.
Ok, mungkin sudah cukup jelas apa itu perilaku assertive dan perbedaannya dengan perilaku agresive. Selanjutnya, mengapa penting bagi kita untuk menerapkan perilaku assertive dalam kehidupan sehari-hari? Apakah tidak cukup jika hanya dipraktekan ketika terjadi konflik saja? Tidak memiliki perilaku assertive mungkin terlihat tidak berbahaya namun dalam jangka panjang, hal itu bisa membahayakan harga diri dan dapat menyebabkan depresi. Pertama, tujuan dari perilaku assertive sendiri adalah untuk membantu kita mengekspresikan diri secara efektif dan mempertahankan sudut pandang kita sekaligus menghormati hak dan kepentingan orang lain. Perilaku assertive juga dapat mengurangi stress khususnya pada orang-orang yang memang sulit berkata tidak. Ketika mereka dihadapkan pada pilihan yang merugikan diri mereka, jika mereka menerapkan perilaku assertive maka mereka akan dihindarkan dari situasi yang menekan sehingga dapat mengurangi stress. Melalui perilaku assertive juga dapat mencegah orang lain memanfaatkan kita.
Orang yang memiliki perilaku assertive tidak lahir begitu saja namun perlu dibentuk. Perilaku assertive dapat dipelajari dengan mempraktekannya berulangkali sehingga menjadi respon bawah sadar yang bersifat otomatis. Berikut ini beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk melatih perilaku assertive.
- Hargai diri dan hak Anda. Pertama-tama, untuk menjadi lebih assertive Anda perlu memiliki pemahaman yang baik tentang diri Anda serta keyakinan yang kuat pada nilai yang melekat dalam diri Anda. Keyakinan ini memberi Anda kepercayaan diri untuk membela hak-hak Anda dan melindungi batasan Anda.
- Suarakan kebutuhan dan keinginan Anda dengan percaya diri. Jika Anda ingin bekerja secara maksimal, Anda perlu memastikan keinginan dan kebutuhan Anda terpenuhi. Oleh karena itu, ambil inisitaif dan mulai lah mengidentifikasi apa yang Anda butuhkan. Jangan mudah menyerah bila keinginan Anda tidak langsung terpenuhi saat itu juga namun jangan sampai keinginan Anda pada akhirnya mengorbankan kepentingan orang lain.
- Amati gaya komunikasi Anda. Jadi, sebelum mulai merubah gaya komunikasi Anda menjad lebih assertive, amati gaya komunikasi Anda sehari-hari seperti apa. Apakah anda tipe yang menyuarakan pendapat Anda atau tetap diam? Apakah Anda mengatakan Ya pada tambahan pekerjaan Anda walaupun Anda overload? Apakah Anda takut atau orang yang tampak takut berbicara pada Anda?
- Gunakan gaya komunikasi assertive.
- I Statement. Melalui I statement, akan membuat orang lain tahu apa yang Anda pikirkan dan rasakan tanpa terdengar menuduh. Misalnya, menggunakan kalimat " Saya tidak setuju" lebih baik didengar daripada "Kamu salah" . Atau gunakan kalimat " Saya ingin Anda membantu saya dengan cara ini" daripada menggunakan kalimat "Anda perlu melakukan ini". Intinya, tetap gunakan pernyataan yang simple dan spesifik.
- Empati. Usahakan untuk selalu mengenali dan memahami bagaimana orang lain memandang situasi tesebut. Setelah mempertimbangkan sudut pandangnya, ungkapkan apa yang Anda butuhkan darinya. Misalnya, " Saya paham Anda sedang dalam masalah, namun pekerjaan ini perlu tetap diselesaikan, mari kita bicarakan apa yang masih bisa Anda kontribusikan"
- Eskalasi. Hal ini dilakukan jika upaya Anda dalam berperilaku assertive masih belum membuahkan hasil. Anda dapat memberitahukan kepada lawan bicara apa yang akan Anda lakukan jika setelahnya Anda masih belum puas dengan hasil yang diperoleh.
- Berlatih mengatakan tidak. Mengatakan tidak, sulit dilakukan jika Anda tidak terbiasa melakukannya. Anda perlu mengetahui batasan Anda sendiri untuk membuat pekerjaan Anda lebih efektif dan tidak merasa seolah-olah dimanfaatkan. Jika Anda merasa kesulitan menolak permintaan, coba katakan " Saya tidak bisa melakukannya sekarang" tanpa ragu dan terus terang. Setidaknya berusahalah jujur dengan kondisi Anda tanpa merasa tidak nyaman. Cobalah untuk menemukan solusi yang sama-sama menguntungkan bagi semua orang.
- Latih apa yang ingin Anda katakan. Jika sulit untuk mengemukakan apa yang Anda pikirkan dan inginkan, coba praktekan skenario umum yang mungkin akan Anda hadapi. Anda mungkin bisa coba mempraktekannya dengan teman atau anggota keluarga untuk memperoleh feedback.
- Gunakan bahasa tubuh. Assertiveness tidak hanya tampak pada komunikasi namun juga bahasa tubuh. Bersikaplah percaya diri dengan mempertahankan postur tegak, melakukan kontak mata yang teratur dan menampilkan ekspresi wajah yang netral serta positif. Ingat, penggunaan bahasa tubuh juga butuh dilatih.
- Mulai dari hal kecil. Latih keterampilan baru Anda dalam situasi yang beresiko rendah. Misalnya ketika berdiskusi dengan teman atau keluarga, Anda bisa mempraktekkannya lalu mengevaluasinya.
- Akui bahwa Anda tidak dapat mengontrol perilaku orang lain. Ketika Anda sudah mampu berperilaku assertive, jangan membuat kesalahan dengan menerima tanggung jawab atas bagaimana orang bereaksi terhadap perilaku assertive Anda. Misalnya, ketika mereka marah atau kesal terhadap perilaku assertive Anda, cobalah untuk tidak bereaksi sama. Selama Anda bersikap hormat dan tidak melanggar kebutuhan orang lain, maka Anda berhak mengatakan atau melakukan apa yang Anda inginkan.
Daftar Pustaka
https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/stress-management/in-depth/assertive/art-20044644
https://www.mindtools.com/pages/article/Assertiveness.htm

