Minggu, 10 Maret 2019

::: Feeling schadenfreude isn't evil _it's human :::

Hasil gambar untuk schadenfreude-






Menjawab pertanyaan banyak orang mengenai "kebiasaan" saya menertawakan kesulitan orang lain, dalam hal ini saya mencoba untuk mencari pembenaran bahwa respon saya tsb adalah normal (baca:manusiawi) dan dapat dijelaskan secara "ilmiah" menurut ilmu psikologi.

Schadenfreude, adalah konstruk psikologi yang menjelaskan mengenai "fenomena" tsb. Mungkin kalian sedikit asing atau bahkan belum pernah mendengarnya. Schadenfreude berasal dari bahasa Jerman, Schaden dan Freude, bahaya dan sukacita atau biasa dikenal sebagai "Harm Joy". Sebenarnya ini adalah bentuk emosi yang sangat umum dirasakan oleh semua orang. Dalam hal ini, kita mungkin tidak mengharapkan hal buruk terjadi pada seseorang, tapi kadang-kadang kalian pasti diam-diam pernah merasa senang ketika ada yang salah pada orang lain atau tertimpa kemalangan. Tidak perduli seberapa baik orang yang kalian pikir, semua orang pasti pernah setidaknya sekali merasakan emosi schadenfreude ini. Saya sendiri seringkali merasakan emosi tsb, dan seringkali pula saya bertanya, " Apa yang salah  dengan saya?"

Schadenfreude adalah emosi berupa rasa senang atau gembira yang ditemukan pada seseorang dalam penderitaan orang lain. Seringkali, emosi ini dikaitkan atau tumpang tindih dengan dark personality trait lain seperti psikopat, sadisme dan narsisme. Para psikolog pun memasukkan emosi ini dalam kategori emosi yang "kurang dipahami". Bentuk respon emosional schadenfreude biasanya muncul didorong dari adanya mekanisme kognitif dehumanisasi*. Hal ini didukung dengan adanya hasil penelitian psikolog di Emory University, AS yang menjelaskan bahwa schadenfreude didasarkan pada gagasan adanya kekhawatiran untuk bertahan hidup yang mendalam sehingga memunculkan motivasi kita untuk melihat orang lain lebih rendah dari manusia.

Schadenfreude memiliki 3 komponen yakni keadilan, agresi dan persaingan yang berkembang secara terpisah dan juga berkontribusi pada fungsi kepribadian dengan cara mereka sendiri. Ada 3 teori utama dari penelitian psikologi yang menjelaskan kaitan antara komponen tersebut dengan  schadenfreude.

1. Envy Theory (Teori Iri/kecemburuan)
Teori ini berkaitan dengan komponen persaingan. Melalui persaingan, akan timbul rasa iri/cemburu. Ketika kita iri pada seseorang, kita mungkin senang ketika ada yang salah dengan mereka karena hal itu meyakinkan kita bahwa mereka tidak selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan. Secara tidak langsung, schadenfreude muncul untuk meningkatkan evaluasi diri dan membantu meningkatkan harga diri kita.

2. Deservingness Theory (Teori Kelayakan/Keadilan)
Teori ini mengaitkan schadenfreude dengan  komponen keadilan, yakni memuaskan hasrat individu akan keadilan ketika melihat bahwa orang-orang yang berada diujung kemalangan dirasa  layak/adil jika mendapatkan peristiwa yang tidak menyenangkan.

3. Intergroup Conflict Theory (Teori konflik antar kelompok)
Menurut teori ini, schadenfreude terjadi setelah seseorang dalam kelompok dianggap lebih unggul daripada kelompok di luar sebagai saingannya. Dalam hal ini, emosi schadenfreude muncul untuk dapat meningkatkan harga diri seseorang tsb. Hal ini terkait dengan komponen agresi yang berasal dari rasa identitas sosial yang berkembang dari masa kecil kita. Keinginan untuk memperkuat kelompok sosial kita sendiri dapat menyebabkan agresi (schadenfreude) terhadap orang lain.

Intinya, dari ketiga teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa schadenfreude didorong dari kurangnya empati terhadap orang lain. Namun kurangnya empati tersebut hanya bersifat sementara seperti yang terlihat dari ketidakpedulian situasional selama keadaan ekstrem atau dalam bentuk yang berulang dalam hal sifat-sifat kepribadian yang membuat seseorang cenderung lebih acuh terhadap orang lain.
Namun, menurut penelitian Dr. Mina Cikara, kurangnya empati tidak selalu bersifat patologis. Sehingga apabila kita seringkali mengalami emosi schadenfreude bukan berarti kita seorang psikopat. Beberapa komponen dari schadenfreude sudah menjadi bagian dari sifat manusia, sehingga schadenfreude sendiri sudah menjadi bagian dari emosi. 

Harapan saya, dengan mengetahui bahwa emosi yang "akrab"  ini terkait dengan beberapa elemen gelap dari sifat manusia. Sehingga kita memperoleh wawasan tentang bagaimana sisi gelap kepribadian manusia berhubungan dengan emosi yang kita miliki. Schadenfreude sendiri tergolong pada emosi yang cukup kompleks



*  Dehumanisasi adalah bentuk penilaian kognitif yang menilai pihak lain tidak layak atas hak asasi manusia karena biasanya tidak dianggap memiliki dan menampilkan atribut khas karakteristik manusia.




Daftar Pustaka

http://www.psychologymatters.asia/psychology_news/4866/the-dark-side-schadenfreude.html
https://www.rebelcircus.com/blog/psychology-schadenfreude-enjoy-peoples-pain/
https://health.usnews.com/wellness/mind/articles/2017-03-01/the-roots-of-schadenfreude-why-we-take-pleasure-in-other-peoples-pain
https://digest.bps.org.uk/2018/11/12/schadenfreude-turns-us-into-temporary-psychopaths-according-to-a-new-model-of-the-emotion/
https://bigthink.com/mind-brain/schadenfreude-and-psychopathy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

:::: Finish your unfinished business: How to leave it behind you :::

Sometimes a memory acts like a ball and chain and holds us back - because we relive it over and over again....      Pernah tidak merasa emos...